DUNIA MENYESAKKAN DADA?
Setiap
manusia yang hidup di dunia ini pasti pernah ditikam oleh hiruk pikuk
urusan dunia. Kalau dipikir-pikir, urusan dunia ini tak ada batasnya. Banyak yang
bilang bahwa bila kita mengejar dunia, seakan-akan dunia malah menjauh. Ya, aku
sangat setuju akan hal itu.
Pagi
ini, sesaat aku terbangun dari tidurku, aku melihat pemberitahuan diponsel ku.
Tak ada yang spesial. Hanya pemberitahuan pesan dari beberapa grup di whatsapp
dan email dari akun-akun yang aku subscribe.
Demi mengumpulkan seluruh jiwaku, aku pun melihat konten di instagram. Ku lihat
storygram secara acak dan jujur saja aku paling tidak suka melihat postingan
orang tentang kesuksesan mereka. Apapun itu. Aku iri? Emm.. entahlah, ku tak
suka bila dikatakan bahwa aku iri dengan mereka, karena aku tau iri itu tidak
boleh ada di hati setiap muslim. Lalu apa namanya? Entahlah, tak ada nama yang
bisa mendeskripsikan perasaan ku saat aku melihat mereka selangkah lebih hebat
dibandingkanku. Ku rasa perasaan ini wajar dan naluriah setiap manusia. Jadi tak
usah terlalu dipermasalahkan.
Entah
mengapa perasaan tak suka tersebut mengarahkan kepada pemikiran bahwa ‘aku
bukanlah apa-apa’, ‘aku bodoh’, ‘aku tak berprestasi’, dan ‘aku aku’ yang lain
dalam hal negatif. Aku sadar bahwa pemikiran tersebut adalah salah. Tak seharusnya
aku menyikapi suatu hal dengan negatif. Entahlah, aku ini merupakan spesies
manusia yang sering khilaf.
Demi
menghilangkan pikiran negatif tersebut serta menyulutkan kembali gelora api
semangat untuk hidup, aku kembali kepada agama. Ya, 'hampir' seluruh manusia
memiliki agama. Menurutku, agama itu bisa menenangkan hatimu dari hiruk pikuk
dunia. Dalam perspektif Islam, dunia ini tak ada nilainya bila dibandingkan
akhirat. Bahkan tak lebih berharga dari SEHELAI NYAMUK. Dunia ini hanyalah tempat untuk mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya
sebagai tiket menuju Surga. Ya, setiap insan pasti ingin hidup kekal di Surga.
Namun
tetap saja sebelum ke akhirat harus hidup terlebih dahulu di dunia. Jadi untuk
bisa betah hidup di dunia salah satu caranya adalah dengan BERSYUKUR. Dunia
memang begitu menyesakkan dada KETIKA kita melihat orang lain yang berada ‘di atas’
kita. Di atas bagaimana? Di atas segala-galanya, seperti lebih tinggi
jabatannya, gajinya, prestasinya, hartanya, dan sebagainya. Ketika hanya
hal-hal tersebut yang ada dipikiran kita, tentu saja hati kita menjadi sesak
karena merasa kita sendiri lah makhluk TERBODOH di dunia ini. Namun bila kita
lihat dari perspektif ‘di bawah’ kita, bisa dipastikan hati kita akan merasa
terharu akan nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Di bawah bagaimana? Di
bawah segala-galanya, seperti lebih rendah jabatannya, gajinya, prestasinya,
hartanya, dan sebagainya. Kalau masih tidak mempan, yang lebih ekstrim,
lihatlah manusia di belahan bumi yang lain, seperti di Palestina, Suriah,
Myanmar (Rohingya), dan negara-negara lain yang untuk sekedar hidup biasa saja tidak
memberikan keamanan dan kenyamanan, apalagi untuk berpikiran menjadi lebih
sukses daripada orang lain. Hemm... mari kita refleksikan diri sejenak
sambil minum kopi ditengah suasana yang dingin pasca hujan lebat di siang hari
ini.
Kawan,
kita ini sesama manusia jadi aku tau perasaanmu dan kamu tau betul perasaanku
ketika menuliskan hal ini. Hati kita sesak karena dunia yang kejam. Ya! Tapi hidup
tetaplah harus berjalan. Jangan karena urusan dunia yang tak ada habisnya
membuat pusing kepala, kita mengakhiri hidup dengan cara yang tidak bijak. Ingatlah,
dunia ini hanya SEBENTAR. Bekali diri kita dengan banyak-banyak berbuat
kebaikan. Bersihkan hati kita. Hilangkan pikiran negatif. Berhenti membanding-bandingkan
diri kita dengan orang lain. BERSYUKUR. Hidup ini indah, tergantung bagaimana
kita memandangnya.
Jadi,
apakah dunia ini masih menyesakkan dada?
Mari tanyakan kepada diri kita
masing-masing.
Jika masih, coba resapi kembali tulisan ini dari awal hingga
akhir.
Semoga hari kita menyenangkan! J
Salam
hangat,
Afifah Iswara Aji
(16/11/2017 masih di Surakarta)