Life is Simple

Actually your Life is Simple...
So, Let's make your Life Simpler with Me... :)

Rabu, 15 November 2017

Dunia Menyesakkan Dada?

DUNIA MENYESAKKAN DADA?



Setiap manusia yang hidup di dunia ini pasti pernah ditikam oleh hiruk pikuk urusan dunia. Kalau dipikir-pikir, urusan dunia ini tak ada batasnya. Banyak yang bilang bahwa bila kita mengejar dunia, seakan-akan dunia malah menjauh. Ya, aku sangat setuju akan hal itu.

Pagi ini, sesaat aku terbangun dari tidurku, aku melihat pemberitahuan diponsel ku. Tak ada yang spesial. Hanya pemberitahuan pesan dari beberapa grup di whatsapp dan email dari akun-akun yang aku subscribe. Demi mengumpulkan seluruh jiwaku, aku pun melihat konten di instagram. Ku lihat storygram secara acak dan jujur saja aku paling tidak suka melihat postingan orang tentang kesuksesan mereka. Apapun itu. Aku iri? Emm.. entahlah, ku tak suka bila dikatakan bahwa aku iri dengan mereka, karena aku tau iri itu tidak boleh ada di hati setiap muslim. Lalu apa namanya? Entahlah, tak ada nama yang bisa mendeskripsikan perasaan ku saat aku melihat mereka selangkah lebih hebat dibandingkanku. Ku rasa perasaan ini wajar dan naluriah setiap manusia. Jadi tak usah terlalu dipermasalahkan.

Entah mengapa perasaan tak suka tersebut mengarahkan kepada pemikiran bahwa ‘aku bukanlah apa-apa’, ‘aku bodoh’, ‘aku tak berprestasi’, dan ‘aku aku’ yang lain dalam hal negatif. Aku sadar bahwa pemikiran tersebut adalah salah. Tak seharusnya aku menyikapi suatu hal dengan negatif. Entahlah, aku ini merupakan spesies manusia yang sering khilaf.
Demi menghilangkan pikiran negatif tersebut serta menyulutkan kembali gelora api semangat untuk hidup, aku kembali kepada agama. Ya, 'hampir' seluruh manusia memiliki agama. Menurutku, agama itu bisa menenangkan hatimu dari hiruk pikuk dunia. Dalam perspektif Islam, dunia ini tak ada nilainya bila dibandingkan akhirat. Bahkan tak lebih berharga dari SEHELAI NYAMUK. Dunia ini hanyalah tempat untuk mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya sebagai tiket menuju Surga. Ya, setiap insan pasti ingin hidup kekal di Surga.

Namun tetap saja sebelum ke akhirat harus hidup terlebih dahulu di dunia. Jadi untuk bisa betah hidup di dunia salah satu caranya adalah dengan BERSYUKUR. Dunia memang begitu menyesakkan dada KETIKA kita melihat orang lain yang berada ‘di atas’ kita. Di atas bagaimana? Di atas segala-galanya, seperti lebih tinggi jabatannya, gajinya, prestasinya, hartanya, dan sebagainya. Ketika hanya hal-hal tersebut yang ada dipikiran kita, tentu saja hati kita menjadi sesak karena merasa kita sendiri lah makhluk TERBODOH di dunia ini. Namun bila kita lihat dari perspektif ‘di bawah’ kita, bisa dipastikan hati kita akan merasa terharu akan nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Di bawah bagaimana? Di bawah segala-galanya, seperti lebih rendah jabatannya, gajinya, prestasinya, hartanya, dan sebagainya. Kalau masih tidak mempan, yang lebih ekstrim, lihatlah manusia di belahan bumi yang lain, seperti di Palestina, Suriah, Myanmar (Rohingya), dan negara-negara lain yang untuk sekedar hidup biasa saja tidak memberikan keamanan dan kenyamanan, apalagi untuk berpikiran menjadi lebih sukses daripada orang lain. Hemm... mari kita refleksikan diri sejenak sambil minum kopi ditengah suasana yang dingin pasca hujan lebat di siang hari ini.

Kawan, kita ini sesama manusia jadi aku tau perasaanmu dan kamu tau betul perasaanku ketika menuliskan hal ini. Hati kita sesak karena dunia yang kejam. Ya! Tapi hidup tetaplah harus berjalan. Jangan karena urusan dunia yang tak ada habisnya membuat pusing kepala, kita mengakhiri hidup dengan cara yang tidak bijak. Ingatlah, dunia ini hanya SEBENTAR. Bekali diri kita dengan banyak-banyak berbuat kebaikan. Bersihkan hati kita. Hilangkan pikiran negatif. Berhenti membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. BERSYUKUR. Hidup ini indah, tergantung bagaimana kita memandangnya.

Jadi, apakah dunia ini masih menyesakkan dada? 
Mari tanyakan kepada diri kita masing-masing.
Jika masih, coba resapi kembali tulisan ini dari awal hingga akhir. 
Semoga hari kita menyenangkan! J



Salam hangat,


Afifah Iswara Aji
(16/11/2017 masih di Surakarta)